Diskusi Museum Indonesia untuk Sejarah Dunia

Pada Kamis, 5 Desember 2019 Komuintas Edukasi Museum mengadakan Diskusi Publik bertajuk Museum Indonesia untuk Sejarah Dunia. Diskusi ini merupakan diskusi yang kami adakan untuk pertama kalinya. Agenda ini bertujuan untuk mengenalkan Sejarah Museum di Indonesia sekaligus menunjukkan Kontribusi Museum Indonesia. Diskusi dilaksanakan di Gudang Sekarpace Solo yang berlokasi di alamat Jl. Ir. Sutami Nomor 25. Jebres, Kota Surakarta.

Diskusi pertama kami berjalan dengan lancar meski ada beberapa kendala teknis di lokasi. Namun, Antusiasme peserta yang hadir sangat kami apresiasi. Bahkan ada Mas Ajik dari Kelas Inspirasi Rembang yang jauh-jauh ke Solo untuk mengikuti agenda kami. Ada pula Mbak Tyas bersama temannya yang dari kalangan siswa. Serta banyak rekan-rekan dari Program Pendidikan Sejarah UNS dalam agenda yang dapat dikunjungi siapa saja tanpa biaya ini.

Acara pertama dimulai dengan presentasi materi Sejarah Museum Indonesia oleh Erisya Pebrianti. Erisya adalah Mahasiswa S2 prodi Pendidikan Sejarah UNS. Materi Erisya membahas pelopor pendirian museum di Indonesia, Georg Eberhard Rumpf/Rumphius, pekerja VOC yang mengoleksi spesies tumbuhan dan kerang Pulau Ambon sejak 1662. Adapula bahasan mengenai  Bataviaasch Genotschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW) didirikan oleh sejumlah orang Eropa pada tanggal 24 April 1778. BGKW selanjutnya menjadi lembaga cikal bakal Museum Nasional yang kita kenal sekarang ini.

Kemudian, Acara dilanjutkan oleh Bukhori Masruri yang membahas mengenai Kontribusi Museum Indonesia. Buchory merupakan mahasiswa Pendidikan Sejarah yang memiliki keterkaitan mengenai permuseuman di Indonesia. Materi Buchory membahas mengenai situs warisan budaya dunia yang ada di Indonesia mulai dari Borobudur, Prambanan, Sistem Subak hingga Situs Manusia Pura Sangiran. Dalam pembahasannya, materi Kontribusi Museum Indonesia juga membahas mengenai perkembangan Evolusi yang lahir di Indonesia sejak buku Malayan Archipelago, Letter From Ternate hingga penemuan Fosil Homo Florensiensis di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *