Museum Rudana

Tiket

-

Jam Buka

09.00 - 16.00 WIB

Lokasi

Gianyar, Bali

Museum di kawasan seni lukis Rudana dikelilingi pemandangan sawah yang sejuk, nyaman serta memberikan kesan segar. Tepatnya di pusat seni Ubud. Berdirinya Museum Rudana merupakan ilham dari kepemimpinan Presiden Republik Indonesia Soeharto beserta Siti Hartinah Soeharto dengan nama Museum Rudana . Museum ini sebagai wujud bhakti dalam pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dengan peletakan batu pertama 22 Desember 1990 oleh pendiri Museum   Rudana, Nyoman Rudana dengan upacara keagamaan dipimpin langsung oleh Ida Pedanda putra dari Geriya Sanur.

Museum Rudana yang pembangunannya mempersembahkan arsitektur Bali dengan tiga lantai sesuai dengan pilosophy Bali “Tri Angga” adalah iga bagian tubuh manusia yang terdiri atas kepala, badan, dan kaki. Juga sesuai dengan “Tri mandala” merupakan tiga bagian halaman yaitu Jeroan,Jaba tengah, Jaba isi. Dengan “TriLoka” merupakan tiga tingkatan alam semesta yaitu Bhur, Bwah, dan Swah. Atau dengan Tri Hita Karana yaitu tiga tingkatan/hubungan manusia hidup di dunia seperti manusia dengan alam (palemahan). Manusia dengan manusia (pawongan) dan manusia dengan Tuhan (para hyangan).

Konsep philosophy tersebut erat kaitannya dengan perkembangan seni rupa yang dapat memberikan regenerasi seniman dari zaman ke zaman bagaikan benang emas yang tak terputuskan. Museum Rudana dibuka secara resmi pada hari Selasa 26 Desember 1995 oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto dalam memperingati ulang tahun emas Republik Indonesia yang ke 50 ditandai dengan penandatanganan prasasti dihadiri oleh para menteri Kabinet Pembangunan jajaran pemerintah, seniman serta masyarakat.

Koleksi Museum Rudana terdiri dari lukisan tradisional, lukisan modern, patung, topeng, wayang kulit dan senjata Nawa Sanga.

Museum Rudana adalah sebuah museum seni yang berada di Ubud, Gianyar, Bali dan digunakan untuk memamerkan dan mempromosikan karya seni berupa lukisan dan patung karya seniman Bali. Di antara karya seni yang dipamerkan adalah karya dari I Gusti Nyoman Lempad (almarhum), Nyoman Gunarsa, Made Wianta,seniman Indonesia di luar Bali seperti Affandi (almarhum), Basuki Abdullah (almarhum), Srihadi Soedarsono, Sunaryo Sutono, maupun seniman asing yang tinggal di Bali seperti Antonio Blanco (almarhum), Arie Smit. Museum Rudana didirikan oleh Nyoman Rudana, seorang kolektor lukisan yang juga pemilik galeri seni Rudana Fine Art Gallery dan Genta Fine Art Gallery.

Sejarah

Museum Rudana didirikan atas dasar idealisme pendirinya, Nyoman Rudana, dimana seni merupakan hal yang universal, sebagai hasilnya, berkontribusi terhadap proses harmonisasi antara manusia dengan Tuhan (parahyangan), antara manusia dengan manusia (pawongan) serta manusia dengn alam sekitarnya (palemahan) yang tercermin dalam konsep filosofis Bali Tri Hita Karana, dimana seni sangat berperan dalam membantu menyebar luaskan perdamaian, kemakmuran serta rasa persauda-raan di antara umat manusia sedunia. Visi humanisme Museum Rudana, yaitu untuk kemaslahatan (manfaat) umat manusia, merupakan filosofi perjuangan Nyoman Rudana dalam mengoleksi lukisan – lukisan yang kini dapat dinikmati di museum ini.

Obsesi pendirian museum ini diawali saat Nyoman Rudana menyaksikan bahwa begitu banyak hasil karya seni kuno Indonesia diboyong ke luar negeri. Tergerak untuk melestarikan karya – karya seni terbaik anak bangsa inilah kemudian Museum Rudana ini didirikan.

 

Bangunan seluas 500 meter persegi ini didirikan di atas lahan seluas 2.500 meter persegi di Kawasan Seni Rudana di Peliatan, Ubud, Kabupaten Gianyar,Bali, satu kompleks dengan Rudana Fine Art Gallery. Peletakan batu pertamanya dilakukan pada tanggal 22 Desember 1990.

 

Museum sendiri dalam runtutan etimologinya berasal dari kata bahasa Latin musee, atau musea, yang artinya ilmu pengetahuan, cahaya yang menerangi serta kekayaan kepada kehidupan. Sejalan dengan perkembangan bahasa, arti kata museum berubah menjadi kata benda yang lebih konkret, yaitu gedung penyimpanan benda – benda yang bernilai untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Benda – benda yang ditampilkan di dalam museum tidak diperjual belikan, demikian juga dengan karya – karya seni yang ditampilkan di dalam Museum Rudana. Selain itu, sejalan dengan visi Nyoman Rudana sebagai pendiri untuk mendedikasikan Museum Rudana untuk dinikmati khalayak berbagai kalangan, Museum Rudana merupakan suatu institusi non profit.

 

Museum Rudana terdiri dari tiga lantai dengan memegang teguh arsitektur serta filosofi Bali. Ruangan museum dibangun berlantai 3 dimana disesuaikan dengan konsep Triangga, tiga bagian dari tubuh manusia, yaitu kepala, badan serta anggota gerak; Tri Mandalla, tiga pembagian halaman, jeroan, jaba tengah dan jaba sisi, atau halaman dalam, tengah dan luar; Tri Loka, konsep alam semesta yang terbagi atas bhur, bwah, swah atau alam bawah, menengah dan atas. Keseluruhnya konsep ini, yang dihubungkan dengan pengembangan seni budaya di Bali merupakan gambaran proses regenerasi dari waktu ke waktu yang lekang oleh zaman. Konsep filosofis ini, jika dikaitkan dengan perkembangan seni rupa, mencerminkan regenerasi seniman itu sendiri, dari masa silam sampai masa kini, bagaikan rangkaian benang emas yang tak terputus. Tampak luar Museum Rudana sendiri mencerminkan bendera merah putih, dilambangkan dengan dinding bata merah dan batu paras putih.

 

Berlokasi strategis di tengah lintas Ubud, Gianyar danDenpasar, Museum Rudana menjadi destinasi wisatawan pada masa sekarang ini, terlebih dengan semakin kondusifnya perkembangan dunia senirupa Indonesia.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *