Tambang Batu Bara Pertama di Hindia Belanda

Cadangan batubara pertama Hindia Belanda (Indonesia sekarang), di temukan di Penggaron, Kalimantan pada tahun 1848. Pertambangan di buka oleh Gubenur Jenderal J.J Rochussen yang merupakan wangsa Oranje-Nassau. Hampir seluruh produksi batubara dari Penggaron di gunakan oleh Angkatan Laut Belanda yang sedang berusaha menundukan Kerajaan Banjarmasin di Kalimantan Selatan. Awalnya, produksi batu bara cukup menjanjikan, namun usaha pemerintah Belanda untuk mengeksploitasi batubara di Penggaron bisa dikatakan gagal.

Tambang ini memproduksi tidak lebih dari 80.000 ton saja. Tambang Penggaron yang di operasikan menggunakan tenaga kerja murah dari buruh paksa dari Jawa dan Madura, serta Bea transportasi batubara dari tambang produksi  ke pelabuhan terlalu tinggi menjadikannya tidak efektif dalam arus kas.

Gagalnya aksploitasi tambang di Penggaron Kalimantan tidak mengurangi semangat para geolog Belanda. Penelitian di tempat-tempat lain segera menyusul, dan bahkan hasilnya jauh lebih menguntungkan. Penelitian mereka khususnya di beberapa daerah di Kalimantan dan Sumatera. Rangkaian penelitian ini langsung membawa pembukaan sekurang-kurangnya dua tambang batubara lainnya yang dianggap penting di Kalimantan pada penghujung abad ini. Pertama tambang batubara yang di usahakan oleh perusahaan swasta Belanda, yaitu  Oost Borneo-Maatschappij yang beroperasi pada tahun 1882  dan kedua adalah tambang pulau laut yang awalnya dioperasikan oleh perusahaan  Swasta, kemudian diambil alih oleh pemerintah Kolonial Belanda.

Di Sumatera, W.H.de Greeve, seorang ahli geologi muda Belanda pada 1868, menemukan kandungan batubara di Ombilin dan melaporkan kandungan alamnya serta potensi ekonomi pada negara atau pemerintah pusat di Batavia. Laporan de Greve itu di publikasikan pada tahun 1871 dengan judul Het Ombilien-kolenveld iin de Padangsche Bovenlanden en het Transportstesel op Sumatra’s Weskust.

Penemuan dan ekploitasi batubara Ombilin-Sawahlunto bagai daya magnet dengan kekuatan luar biasa. Batubara merupakan sumber daya energi yang diburu dan mendorong teknologi uap Eropa harus dihadirkan di Sawahlunto, sebuah desa terpencil di tengah hutan belantara.

Sejak tahun 1882 didirikan, Steenkolen Maatschappij Oost-Borneo mengalami banyak kemunduran, tetapi akhirnya bertahan paling lama hingga 1957. Rel kereta api telah digunakan di pertambangan di Sungai Mahakam. Lokomotif motor telah digunakan mulai tahun 1915 dan pembelian lokomotif uap pertama tahun 1922.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *