Instruksi Pengguna : Virtual Tur Jalur Rempah

Media pembelajaran pada hakikatnya berfungsi untuk
memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. Selain itu,
media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang,
dan waktu. Berikut cara penggunaan media virtual tur jalur rempah : 

Virtual tur dapat dioprasikan dengan berbagai gawai seperti komputer, laptop, dan smartphone yang memiliki koneksi internet.

Buka aplikasi atau program Browser yang tersedia seperti chrome, edge, opera, safari dan lainnya.

Masukkan alamat link kemuseum.or.id/virtual-tur-jalur-rempah pada bagian pencarian aplikasi atau program browser.

Scroll kebawah menggunakan mouse atau layar smartphone untuk melihat fitur dan menu yang tersedia

Pilih salah satu virtual tur yang akan digunakan sebagai media pembelajaran dengan cara klik pada salah satu gambar

Gunakan tombol fungsi berikut untuk menjelajah

 

Masuk pada halaman penilaian kemampuan metakognitif untuk melakukan penilaian

Metacognitive Basic Theory

Metakognitif (metacognitive) atau metakognisi adalah mengetahui tentang mengetahui yang artinya kita mengetahui bagaimana proses mengetahui sesuatu. Definisi tersebut diutarakan oleh pencetusnya sendiri, yakni John H. Flavell (1979) yang secara sederhana mengartikan metakognitif sebagai “knowing about knowing” (Desmita, 2017: 132). 

Jika dikaji secara terminologis, metakognitif berasal dari kata “meta” dan “cognition”. Kata kognitif sendiri berarti proses mental untuk mengelola informasi, dan kecerdasan tingkat tinggi lain seperti penalaran, kreativitas, dan pemecahan masalah. Flavel (1979) juga menambahkan bahwa metakognisi meliputi kegiatan mengontrol  secara sadar tentang proses kognitifnya sendiri. Sejalan dengan itu, Slavin (2010 dalam Hasanuddin, 2017: 305) menyatakan bahwa metakognitif merupakan pengetahuan tentang belajarnya diri sendiri atau pengetahuan tentang bagaimana belajar. Singkatnya, metakognitif adalah pengelolaan diri dalam belajar (Marzaon & Kendall, 2008).

Selanjutnya menurut Livingston (1997) metakognitif adalah pengetahuan yang diperoleh peserta didik tentang proses-proses kognitif yaitu pengetahuan yang bisa digunakan untuk mengontrol proses-proses kognitif. Artinya, metakognitif juga berhubungan dengan pengetahuan-pengetahuan dan kontrol dalam proses kognitif itu sendiri yang implikasinya, pengetahuan ini tidak hanya bermanfaat bagi psikolog atau pendidik saja, akan tetapi peserta didik atau individu manusia sendiri.

Virtual Tour Basic Theory

Virtual tur adalah simulasi dari lokasi yang ada, biasanya terdiri dari urutan video atau gambar diam (Steven, 2016 : 4). Hal ini juga dapat menggunakan unsur-unsur multimedia lainnya seperti efek suara, musik, narasi, dan teks (Rouge dkk, 2009 : 4). Virtual tur merupakan sebuah simulasi dari sebuah lokasi yang terdiri dari rentetan gambar. Rentetan gambar tersebut akan digabungkan (stitch) untuk menghasilkan foto panorama 360 derajat.

 Virtual Tur sendiri biasanya digunakan untuk memberi pengalaman ‘pernah berada’ di suatu tempat hanya dengan melihat layar monitor. Penyajian virtual tur dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan gambar, audio ataupun video, selain itu dapat menggunakan model 3 Dimensi. Penyajian dengan file gambar harus menggunakan foto panorama. Foto panorama adalah tangkapan gambar dari sebuah kenampakan lingkungan. Pemilihan jenis foto panorama juga mempengaruhi hasil virtual tour yang dihasilkan. Untuk panorama jenis cylindrical, bagian vertikalnya hanya dapat menangkap tidak lebih dari 180 derajat sedangkan jenis spherical, memungkinkan untuk melihat ke atas dan ke bawah (Daud. dkk, 2016 : 1).


Ungkapan “virtual tur” sering digunakan untuk menggambarkan berbagai video dan media fotografi berbasis panorama menunjukkan pandangan tak terputus, karena panorama dapat berupa rangkaian foto atau panning Video rekaman. Namun, frase “tur panorama” dan “virtual tur” sebagian besar telah dikaitkan dengan wisata virtual yang dibuat menggunakan masih kamera. 

Wisata virtual tersebut terdiri dari sejumlah foto yang diambil dari satu sudut pandang . Kamera dan lensa yang diputar di sekitar apa yang disebut sebagai ada gunanya paralaks (titik yang tepat di belakang lensa di mana cahaya konvergen). Prinsip dasar virtual tur memanfaatkan teknik multimedia pada umumnya. Multimedia adalah penggunaan komputer untuk menampilkan dan mengkombinasikan teks, grafik, audio, dan video dengan links dan tools sehingga pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, menciptakan, dan berkomunikasi (Sutopo, 2003 : 78).

Spice Routes : Jalur Rempah Nusantara

Jalur Rempah-rempah, menghubungkan Timur dengan Barat. Jalur ini terbentang dari Pantai Barat Jepang, melewati pulau-pulau di Indonesia, mengelilingi India, hingga ke daratan Timur Tengah, dan akhirnya melintasi Mediterania hingga Eropa. Mirip dengan Jalur Sutra, Jalur Rempah tidak memiliki jalur tunggal, melainkan merupakan jaringan yang terdiri dari beberapa rute.

Jalur Rempah dimaksudkan untuk membawa barang untuk dibeli dan dijual dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya, dan nama mereka diambil dari barang yang paling menguntungkan: rempah-rempah. Perdagangan ini dimulai sejak tahun 2000 SM, meskipun sejarah peradaban yang menggunakan rempah-rempah dapat ditelusuri kembali (hampir) hingga lahirnya peradaban itu sendiri!
Dalam sejarah selanjutnya, “Rute Rempah” menjadi nama yang melekat, karena para pedagang juga mulai membawa gading, sutra, porselen, logam, dan batu permata berharga.
Sejak zaman kuno, rempah-rempah dibakar sebagai dupa dalam upacara keagamaan; mereka memurnikan udara dan membawa doa-doa orang-orang ke langit. Rempah-rempah juga sering ditambahkan pada salep dan ramuan penyembuhan yang diminum sebagai obat racun.

Rempah-rempah obat seperti kayu manis, kapulaga, merica, dan kunyit digunakan khusus untuk mengatasi masalah perut dan membantu pencernaan. Misalnya, di India, orang biasa membungkus cengkeh atau kapulaga dengan daun sirih dan mengunyahnya setelah makan untuk meningkatkan aliran air liur, sehingga membantu pencernaan makanan! Di Eropa abad pertengahan, spons medis direndam dengan kayu manis, ekstrak cengkeh ditempatkan di bawah hidung orang yang sakit, dan sage atau kunyit digunakan untuk mensterilkan ruangan.

Salah satu resep tertua di dunia ditulis dalam huruf paku pada tablet tanah liat Akkadia dari tahun 1700 SM. Tablet kuno tersebut menggambarkan masyarakat Mesopotamia menggunakan berbagai macam rempah dalam masakan mereka.

Perdagangan Rempah-rempah

Seperti yang bisa kita lihat pada peta di atas, banyak kota yang saling terhubung melalui jalur Perdagangan Rempah-Rempah. Beberapa kota besar adalah Alexandria, Venesia, Konstantinopel, dan Kolkata.


Jalur Rempah cukup berbahaya untuk dilalui, dan gelombang laut yang ganas hanya mendorong para pedagang untuk menaikkan harga rempah-rempah. Selain itu, setiap pemberhentian di rute tersebut, pajak, dan tol harus dibayar. Artinya, ketika rempah-rempah akhirnya sampai ke Eropa, harganya sudah sangat mahal. 

 

Samudera Hindia merupakan wilayah terpanas di dunia, yang berarti wilayah ini siap menghadapi badai tropis yang dahsyat seperti monsun dan siklon. Cuaca ini khususnya mempengaruhi India dari bulan Juni sampai September dan memaksa para pelaut di Jalur Rempah untuk merencanakan pelayaran mereka secara strategis dan memperkirakan kemungkinan terjebak di suatu daerah selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan!

Sejarah awal Jalur Rempah

Sekitar 2.500 tahun yang lalu, para pedagang Arab di Jalur Rempah menceritakan kisah tentang makhluk besar yang menjaga rempah-rempah mereka dengan ketat untuk melindungi keuntungan dan persediaan pedagang. Salah satu cerita yang paling populer adalah tentang “cinnamologus”, seekor burung yang membuat sarangnya dari batang kayu manis. Untuk mendapatkan batang kayu manis tersebut, burung tersebut harus diumpan dengan daging, begitu burung tersebut kembali ke sarangnya dengan membawa daging yang berat maka sarangnya akan jatuh karena bebannya.

 

Baik orang Romawi maupun Yunani sangat tertipu oleh cerita-cerita ini menjadikan permintaan mereka akan rempah-rempah semakin meningkat. Permintaan yang sangat besar memunculkan beberapa jalur perdagangan internasional pertama dan menjadi landasan perekonomian dunia yang masih dapat diakui hingga saat ini. Ketika Roma runtuh pada tahun 250, pusat perdagangan dunia mula-mula dipindahkan ke Kekaisaran Bizantium, kemudian kembali ke Eropa seiring dimulainya Abad Kegelapan (476-1000). Inilah saatnya Venesia menjadi pusat perdagangan dunia!

 

 

Era Penjelajahan Dunia Jalur Rempah

Ketika umat Islam menguasai Jalur Rempah, bangsa Eropa berperang dalam Perang Salib dalam upaya mempertahankan sebagian besar jalur perdagangan. Pada akhirnya, seorang penjelajah Portugis bernama Vasco da Gama menemukan jalur baru menuju negeri rempah-rempah pada tahun 1498 dan mendominasi perdagangan Samudera Hindia.

Rute ke Dunia Baru

Rute baru yang ditemukan oleh da Gama membawa para pedagang mengelilingi ujung paling selatan Afrika, menciptakan rute langsung antara Eropa dan India dan berhasil memotong perantara dari Arab. Di Pesisir Malabar India, rempah-rempah melimpah dan murah, sehingga menciptakan kerajaan rempah-rempah yang berpusat di Goa, India.
Penemuan da Gama tidak hanya memberikan pukulan telak bagi para pedagang Arab secara finansial, namun ia juga menyerang dengan kejam para pedagang Arab yang ditemuinya di laut untuk mempertahankan rute barunya.

 

Selama dua abad berikutnya, Perusahaan Hindia Timur Belanda dan Inggris menyerbu kancah perdagangan Samudera Hindia. Mereka mengambil alih sebagian besar kendali Portugal atas perdagangan rempah-rempah dan secara konsisten saling bertarung untuk mendapatkan dominasi. Sampai tersiar kabar tentang penemuan luar biasa yang membawa cita rasa baru dan eksotis ke Eropa.

Cita Rasa Dunia Baru

Selama abad ke-17, gelombang rasa baru membuat penasaran Eropa, termasuk coklat, teh, kopi, tembakau, tomat, dan masih banyak lagi. Ketika Eropa menjajah Amerika, Perdagangan Budak Atlantik dimulai, menciptakan jaringan antara Eropa, Afrika, dan Amerika. Sistem yang memalukan ini merenggut orang-orang dari Afrika, memindahkan mereka ke Amerika untuk dijadikan budak dan memproduksi barang, kemudian mengirim produk-produk tersebut ke Eropa untuk mendapatkan keuntungan. Dengan dibukanya jalur perdagangan baru dan ditemukannya lahan baru, rempah-rempah menjadi lebih mudah didapat dan yang terpenting, lebih murah. Hal ini menyebabkan pasar rempah-rempah merosot dengan cepat, dan Perusahaan Hindia Timur Belanda dan Inggris ambruk pada abad ke-18 hingga ke-19.

 

 

Saat ini, rempah-rempah tidak lagi ditanam di wilayah geografis terbatas atau di bawah kendali perusahaan dagang tertentu. Budaya rempah-rempah kini telah menyebar ke seluruh dunia, jauh dari asalnya di Asia Tenggara, dan telah menjadi komoditas rutin bagi banyak pengusaha internasional. Jalur Rempah dipandang oleh para sejarawan sebagai hal yang penting bagi perkembangan teknologi maritim (terutama di Eropa, ketika perang maritim menjadi lebih umum) dan penemuan daratan baru seiring dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan yang kuat.